Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Widget Atas Posting

Cerita Kita Ketika Tersesat Di Gunung Bismo

Mendaki bukan suatu yang mudah, tentu saja banyak resiko juga. Resiko bukan hanya dari medan yang berbahaya, tetapi juga dari sesuatu yang mistis.
Percaya atau tidak hal yang ghoib memang benar adanya. Apalagi di tempat liar seperti gunung.
Oleh karena itu sebelum kita mendaki gunung sangat disarankan untuk mempersiapkan segala sesuatu dengan metang. Mulai dari perlengkapan, konsumsi, informasi pendakian, sampai dengan sesuatu yang menyangkut dengan kebatinan.

Yang dimaksud adalah kita harus mematuhi mitos-mitos dan cerita yang beredar di masyarakat tentang pendakian suatu gunung. Hal yang penting sebelum mendaki gunung adalah berdoa kepada Tuhan agar kita bisa selamat sampai pulang. Tentu saja kita harus memperhatikan etika ketika mendaki gunung, kita tidak boleh ngomong kasar, jorok dan tidak boleh melakukan sesuatu yang melanggar etika, percaya atau tidak, hal yang gaib di gunung, apalagi gunung yang masih sepi adalah sesuatu yang nyata.
Barangkali untuk bagaimana etika tentang hal gaib di gunung bisa saya ceritakan pada tulisan lain.

Yang akan saya bahas kali ini adalah tentang cerita saya ketika tersesat di gunung Bismo Wonosobo, Jawa tengah.

Saya berangkat mendaki bersama 13 teman lain dari komunitas Pecinta Alam Wonoyoso (Payos) Mojosari, Mojotengah, Wonosobo.
Karena alasan kesibukan kami hanya bisa berangkat malam hari, padahal sih ya sebelum berangkat saya agak ragu pas mau mendaki karena jalur pendakian gunung Bismo memang cukup "mengerikan" apalagi kalau dilalui pas malam hari.

Kami akhirnya mulai mendaki pukul 00.07 dari dusun Krinjing, memang sebelumnya saya kira akan lewat jalur yang biasa dilewati pendaki gunung Bismo tapi ternyata tidak.
Ternyata diantara kami semua belum pernah ada yang melewati jalur ini.
Tak lupa kami semua berdoa dulu dengan "menyambat" empunya gunung Bismo sebelum berangkat. Dalam perjalanan awal kami melewati lahan pertanian warga kami bisa lihat kota kota dibawahnya darisini.

Selama masih di lahan pertanian jalan kita lalui dengan penuh semangat dan tanpa ada tantangan berarti.

Kemudian setelah beberapa lama kita sadar ternyata jalan yang kita lalui tidak bertemu dengan jalur silandak, sebelumnya saya kira dari sini jalan bisa bertemu dengan jalur utama.
Kita terus percaya diri melanjutkan perjalanan, menyusuri hutan semak belantara di malam hari bukan suatu yang mudah, walaupun jalan masih nampak tapi kadang yang didepan butuh sabit untuk memotong kayu semak belukar yang menghalangi jalan.

Setelah selama 1 jam berjalan ternyata kita masih belum mendapati jalan yang "kepenak" kita harus mengerahkan sabit kita untuk membuka jalan di semak belukar.
Sambil berusaha untuk tetap menuju tempat yang lebih tinggi kita terkadang harus memanjat tebing yang cukup tinggi.

Selama beberapa jam kami masih semangat mendaki, walaupun jalan sulit yang terkadang harus memotong rumput yang menghalangi jalan. Selama itu pula kita tidak istirahat, sampai teman kami yang didepan mundur karena sulitnya mencari jalan. Kita berusaha menenangkan fikiran dan beristirahat.


Setelah cukup untuk minum dan makam secukupnya, dan juga menghabiskan sebatang rokok, kita melajutkan perjalanan, gantian salah satu teman kami yang masih bersemangat memimpin di depan, masih sama tampaknya kami tersesat.
Kadang sampai terdiam karena mumet gak tau arah, aku tengok jam yang ada di hpku, ternyata sudah menunjukan waktu jam 04 dan kita masih belum mendapat titik cerah.

Dalam hati mulai khawatir, apalagi teman-teman masih banyak yang pemula dan belum pernah mendaki sama sekali, sambil berjalan dalam hati aku berdoa untuk keselamatan bersama.
Terimngat juga kalau di daerah sini di lereng gunung Bismo pernah ditemukan tengkorak mayat yang membuatku merinding.

Suasana tambah mencekam ketika tiba tiba terdengar suara deraian air, seperti suara air sungai yang banjir, beberapa teman saya ternyata ada yang mengamati kalu ternya kita seperti bergerak memutar, ada bekas rumput yang sudah terpangkas sebelumnya yang ternyata memang pangkasan kita.
Aku juga melihat keanehan, ketika lampu kota yang ketika aku lihat pas di area pertanian sudah terlihat jauh dibawah malah terlihat sedikit lebih dekat.

Kita berusaha agar tetap tenang dan tidak panik, berdoa dalam hati dan mencari solusi. Tidak terasa terdengar adzan subuh di kejauhan diantara kita saling mencari solusi, ada yang memanjat pohon untuk mencari arah, ada juga yang menggunakan hpnya untuk mencari arah dengan kompas di hpnya, aku berusaha mencari posisi dengan gps tapi hasilnya nihil.
Sepanjang tersesat tersebut yang kita lalui adalah hutan belantara dengan jalan yang sulit, sering harus merangkak  karena jalan hanya membentuk terowongan dengan beratapkan pohon-pohon semak yang rimbun saya yakin jalan seperti ini bukan jalan manusia tapi jalannya hewan babi hutan.

Akhirnya ada teman yang menemukan solusi, dia menyuruh siapa saja yang kebelet pipis untuk pipis disitu, memang kadang-kadang godaan dari makhluk halus ada yang bisa hilang hanya dengan hal aneh seperti kentut dan kencing.
Alhamdulillah kita menemukan jalan yang sedikit lebih mudah, hari sudah lebih terang seharusnya jika kita sudah sampai dipuncak kita sudah bisa menikmati indahnya sunrise, tapi kita masih berjalan terus.

Banyak yang mengira kita hampir sampai di puncak, ternyata kita masih jauh, masih di hutan dengan kayu besar yang lembab yang dulu pernah kebakaran. kita memutuskan untuk belok ke kanan dimana yang kita ketahui jalur pendakian resmi kemungkinan di kanan kita, membuka jalan yang sulit karena memang belum pernah terjamah.
Terlihat beberapa monyet bergelantungan, kita terus menerobos ke kanan sampai akhirnya kita bertemu dengan jalur pendakian utama.

Tak terkata rasa syukur saya karena  dengan sampainya kami di jalur utama artinya kami sudah keluar dari hutan antah-berantah tersebut.
Ternyata kita masih belum sampai di puncak, masih ada sekitar seperempat  lagi untuk sampai puncak, jam sudah menunjukan jam 06 kita beristireahat sebentar sambil mengabadikan momen tersebut.


Sudah terlihat pemandangan yang cukup indah walaupun belum sampai puncak,
lanjut mendaki kita sampai di tepian puncak gunung Bismo, dengan udara yang cerah pagi itu pemandangan sungguh sangat indah,
Dari tepian ini sampai puncak tertinggi kita masih harus berjalan beberapa menit, dalam jalan ini kita harus ekstra hati-hati karena jalan yang hanya lebar sekitar 1 meter dengan sisi kanan jurang yang sangat curam dan dalam dan sisi kiri juga juga jurang.


Ketika sudah hampir sampai terasa sangat lelah, coba bayangkan, mendaki sekitar 6 jam dengan medan yang sulit dan juga suasana yang tidak biasa.
Sebenarnya untuk mendaki Gunung Bismo yang memiliki ketinggian 2.365Mdpl ini kita bisa taklukan dengan hanya waktu 2-3 jam jika melalui jalur resmi via silandak. tetapi karena tersesat tadi kita hampir 7 jam untuk sampai ke puncak tertinggi.
Untung saja kita berbelok ke kanan, kalau tidak gimana coba? pasti pada menyerah cos ternyata masih tinggi banget ketika pas ketemu di jalur resmi. 
Tapi akhirnya alhamdulillah kita sampai di puncak tertinggi Gunung Bismo dengan selamat.


Kita foto-foto sampai puas, kemudian ada juga yang mendirikan tenda, menyalakan api sambil makan cemilan.


Akhirnya beban berat yang kita bawa sudah bisa dinikmati, "nyate-nyate" :D


Ketika sudah diatas, penderiataan yang tadi dirasakan serasa hilang sudah, dari sini bisa kita melihat hampir seluruh bagian dari kabupaten Wonosobo, kita bisa melihat dengan jelas telaga Menjer, bahkan waduk wadaslintang dan Waduk mrican di Banjarnegara juga terlihat dengan jelas.


Sambil berduduk santai kita bisa mengamati desa-desa dibawah yang terlihat indah




Ini dia beberapa koleksi foto yang berhasil kita dapatkan di hari yang indah tersebut.







Setelah puas sekitar pukul 09 kita berkemas untuk pulang. Tidak lupa kita membersihkan sampai yang kita bawa, kita pulang dengan mengelilingi puncak gunung Bismo yang memutar sampai daerah Dieng,

Seharusnya kita bisa melihat keindahan Lembah tengah-tengah gunung Bismo yang indah, tapi karena memang gunung ini setiap hari biasa berawan, jam segitu sudah tertutup kabut, tapi di bagian utara masih cerah, terlihat dengan jelas hamparan dataran tinggi Dieng.

Selama mengelilingi puncak, kita melewati jalan sempit dengan kanan kiri jurang terjal.
Akhirnya kita sampai juga di Dusun Sikunang, kemudian kita pulang.
Selesai :D

Posting Komentar untuk "Cerita Kita Ketika Tersesat Di Gunung Bismo"