Kemarau Panjang ini Bertahan Sampai Akhir Tahun
Sakarang kita hidup di jaman yang mulia, kita bisa makan enak, tidur nyenyak, dilengkapi peralatan canggih yang memudahkan kita dalam melakukan apa saja.
Mungkin diantara kalian ada yang berfikir kita gak akan kelaparan asalkan kita punya uang, ya jaman sekarang pendistribusian barang bisa dengan cepat dilakukan, kekurangan barang di suatu tempat dapat teratasi dengan gampang. Tidak berfikir kalau petani di negeri ini punah, tidak berfikir kalau kita bisa mengalami masa paceklik seperti dongeng-dongengan orang tua dulu.
Kemarau yang panjang ini seharusnya kita sadari dan fikirkan, lihatlah petani di negeri ini yang dilanda kekeringan, lihatlah bagaimana kalau air bersih yang kita minum ini kering. Ada banyak desa-desa terpelosok yang kekeringan karena musim kemarau panjang ini.
Bagaimanakah nasib bumi ini? apakah sudah akan kiamat?
sempat aku berfikir demikian, musim hujan tahun ini benar-benar dahsyat, 3 hari hujan non stop, longsor dimana-mana. Dan ketika tiba musim kemarau benar-benar panjang.
Apakah yang menyebabkan musim kemarau di Indonesia tahun 2015 ini lebih lama?
Dikutip dari viva.co.id
Hasil pantauan Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) menyebutkan bahwa El Nino menimpa Indonesia tahun ini. Fenomena alam ini menimbulkan kemarau berkepanjangan dan diperkirakan akan terus menguat serta mencapai puncaknya pada dua bulan ke depan.
Kepala BMKG, Andi Eka Sakya, menyatakan bahwa musim kemarau tahun 2015 akan lebih panjang dibandingkan tahun lalu. Hal ini sebagai dampak dari munculnya El Nino yang menyebabkan awal musim hujan 2015/2016 mengalami kemunduran.
"Kondisi ini dikarenakan tahun ini terjadi El Nino yang telah mencapai level moderat dan diprediksi akan menguat mulai Agustus sampai dengan Desember 2015," ujar Andi dalam keterangan tertulisnya, Jakarta, Sabtu 8 Agustus 2015.
El Nino merupakan fenomena alam terkait dengan kenaikan suhu permukaan laut melebihi nilai rata-rata di Samudera Pasifik sekitar Ekuator, yaitu daerah sekitar Chili, Peru dan Amerika Latin.
"Peristiwa ini membawa dampak kekeringan panjang di beberapa daerah di Indonesia, terutama Indonesia bagian Timur dan daerah-daerah yang terletak di lintang selatan seperti Sumsel, Lampung, Jawa, Bali, NTB, NTT, Sulsel dan Papua bagian selatan," katanya.
WMO mengatakan, hal tersebut terjadi karena naiknya suhu perairan di kawasan timur Samudera Pasifik.
“Secara umum, suhu perairan di Samudera Pasifik meningkat hingga dua derajat lebih hangat dari rata-rata dan hal itu berpotensi meningkatkan kekuatan El Nino,” kata Maxx Dilley, Direktur Prediksi dan Adaptasi Iklim WMO seperti dilansir laman Reuters, Rabu, 2 September 2015.
Naiknya suhu di kawasan timur Samudera Pasifik akan memicu hujan deras di Amerika Selatan dan sebaliknya membuat kawasan Australia dan Asia Tenggara, termasuk Indonesia, mengalami kekeringan panjang.
Di lain pihak, fenomena ini juga akan membuat wilayah Afrika mengalami perbedaan iklim yang kontras. Kemungkinan banjir besar di utara Afrika dan kekeringan di selatan Afrika.
Tak hanya itu, efek El Nino akan diperparah dengan La Nina, yang memicu terjadinya longsor dan banjir di kawasan Asia. Sejak 1950, WMO mencatat tiga kasus terburuk El Nino yakni terjadi di tahun 1972, 1982 dan terakhir pada 1997.
Setelah hampir setengah abad, bencana asap di Indonesia masih saja terjadi. Bahkan kian meluas di sejumlah
wilayah Sumatera, Kalimantan, dan Jawa. Kita seakan tak pernah belajar, bahkan cenderung mengabaikannya.
Lahan yang terbakar pada 2015, berdasarkan data dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, terdata ada di 12 provinsi titik rawan kebakaran hutan.
Lahan terbakar terluas berada di Riau, mencapai 2.025,42 hektar (ha). Provinsi dengan luas lahan terbakar signifikan lainnya ialah Kalimantan Barat (900,20 ha), Kalimantan Tengah (655,78 ha), Jawa Tengah (247,73 ha), Jawa Barat (231,85 ha), Kalimantan Selatan (185,70 ha), Sumatera Utara (146 ha), Sumatera Selatan (101,57), dan Jambi (92,50 ha).
Jumlah titik panas di Sumatera mencapai 944 titik dan di Kalimantan 222 titik. Kebakaran hutan dan lahan pun diperkirakan masih terus berlangsung, bahkan hingga ke taman nasional.
Kebakaran hutan bukan hanya merusak tumbuhan dan hewan tapi jug berefek pada manusia, kebakaran hutan di Riau telah mencemari udara warga di sebagian besar pulau Sumatera dan Malaysia. Kebakaran hutan di Kalimantan juga membuat sesak nafas penduduk sekitar.
Berbagai upaya pemadaman dilakukan tapi perjuangan memadamkan api begitu sulit, jadi jangan menyalahkan pemadam kebakarannya, jangan menyalahkan pemerintahan. mari kita sama-sama sadar diri untuk menjaga lingkungan.
Kebakaran seperti ini jelas ulah oknum perusahaan yang tidak bertanggung jawab, semoga tangan kotor mereka cepat ditemukan dan dihukum dengan pantas.
Mungkin diantara kalian ada yang berfikir kita gak akan kelaparan asalkan kita punya uang, ya jaman sekarang pendistribusian barang bisa dengan cepat dilakukan, kekurangan barang di suatu tempat dapat teratasi dengan gampang. Tidak berfikir kalau petani di negeri ini punah, tidak berfikir kalau kita bisa mengalami masa paceklik seperti dongeng-dongengan orang tua dulu.
Kemarau yang panjang ini seharusnya kita sadari dan fikirkan, lihatlah petani di negeri ini yang dilanda kekeringan, lihatlah bagaimana kalau air bersih yang kita minum ini kering. Ada banyak desa-desa terpelosok yang kekeringan karena musim kemarau panjang ini.
Bagaimanakah nasib bumi ini? apakah sudah akan kiamat?
sempat aku berfikir demikian, musim hujan tahun ini benar-benar dahsyat, 3 hari hujan non stop, longsor dimana-mana. Dan ketika tiba musim kemarau benar-benar panjang.
Apakah yang menyebabkan musim kemarau di Indonesia tahun 2015 ini lebih lama?
Dikutip dari viva.co.id
Hasil pantauan Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) menyebutkan bahwa El Nino menimpa Indonesia tahun ini. Fenomena alam ini menimbulkan kemarau berkepanjangan dan diperkirakan akan terus menguat serta mencapai puncaknya pada dua bulan ke depan.
Kepala BMKG, Andi Eka Sakya, menyatakan bahwa musim kemarau tahun 2015 akan lebih panjang dibandingkan tahun lalu. Hal ini sebagai dampak dari munculnya El Nino yang menyebabkan awal musim hujan 2015/2016 mengalami kemunduran.
"Kondisi ini dikarenakan tahun ini terjadi El Nino yang telah mencapai level moderat dan diprediksi akan menguat mulai Agustus sampai dengan Desember 2015," ujar Andi dalam keterangan tertulisnya, Jakarta, Sabtu 8 Agustus 2015.
El Nino merupakan fenomena alam terkait dengan kenaikan suhu permukaan laut melebihi nilai rata-rata di Samudera Pasifik sekitar Ekuator, yaitu daerah sekitar Chili, Peru dan Amerika Latin.
"Peristiwa ini membawa dampak kekeringan panjang di beberapa daerah di Indonesia, terutama Indonesia bagian Timur dan daerah-daerah yang terletak di lintang selatan seperti Sumsel, Lampung, Jawa, Bali, NTB, NTT, Sulsel dan Papua bagian selatan," katanya.
El Nino tahun ini terburuk sepanjang sejarah
Badan Meteorologi Dunia atau World Meteorological Organization (WMO) menyatakan, El Nino tahun ini yang diperkirakan mencapai puncaknya pada Oktober mendatang, akan menjadi yang terburuk sepanjang sejarah.WMO mengatakan, hal tersebut terjadi karena naiknya suhu perairan di kawasan timur Samudera Pasifik.
“Secara umum, suhu perairan di Samudera Pasifik meningkat hingga dua derajat lebih hangat dari rata-rata dan hal itu berpotensi meningkatkan kekuatan El Nino,” kata Maxx Dilley, Direktur Prediksi dan Adaptasi Iklim WMO seperti dilansir laman Reuters, Rabu, 2 September 2015.
Naiknya suhu di kawasan timur Samudera Pasifik akan memicu hujan deras di Amerika Selatan dan sebaliknya membuat kawasan Australia dan Asia Tenggara, termasuk Indonesia, mengalami kekeringan panjang.
Di lain pihak, fenomena ini juga akan membuat wilayah Afrika mengalami perbedaan iklim yang kontras. Kemungkinan banjir besar di utara Afrika dan kekeringan di selatan Afrika.
Tak hanya itu, efek El Nino akan diperparah dengan La Nina, yang memicu terjadinya longsor dan banjir di kawasan Asia. Sejak 1950, WMO mencatat tiga kasus terburuk El Nino yakni terjadi di tahun 1972, 1982 dan terakhir pada 1997.
Dampak Musim Kemarau Panjang 2015
Hutan-hutan di Sumatra dan Kalimantan sudah lama rusak, tangan manusia yang tidak bertanggung jawab inilah yang melakukannya. Hutan jutaan tahun yang tidak pernah tersentuh manusia dibabat habis, ditanami kelapa sawit untuk kepentingan manusia modern.
Yang lebih keji lagi adalah pembakaran hutan di Sumatra dan Kalimantan, dalam beberapa tahun terakhir setiap musim kemarau selalu saja ada hutan yang terbakar.
Tapi kebakaran hutan 2015 ini lebih besar dari tahun-tahun sebelumnya.
Tidak hanya di Sumatra dan Kalimantan, di Jawa banyak juga hutan yang terbakar, hutan yang tersisa di gunung-gunung terbakar hebat, bahkan kebakaran gunung terbesar tahun ini adalah kebakaran gunung Sindoro Wonosobo yang terjadi tanggal 20 September 2015 hingga melalap 700Ha hutan di gunung itu sejak Januari 2015.
Lahan yang terbakar pada 2015, berdasarkan data dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, terdata ada di 12 provinsi titik rawan kebakaran hutan.
Lahan terbakar terluas berada di Riau, mencapai 2.025,42 hektar (ha). Provinsi dengan luas lahan terbakar signifikan lainnya ialah Kalimantan Barat (900,20 ha), Kalimantan Tengah (655,78 ha), Jawa Tengah (247,73 ha), Jawa Barat (231,85 ha), Kalimantan Selatan (185,70 ha), Sumatera Utara (146 ha), Sumatera Selatan (101,57), dan Jambi (92,50 ha).
Jumlah titik panas di Sumatera mencapai 944 titik dan di Kalimantan 222 titik. Kebakaran hutan dan lahan pun diperkirakan masih terus berlangsung, bahkan hingga ke taman nasional.
![]() | |
Pata Titik Api Kebakaran Hutan Indonesia 2015 |
Berbagai upaya pemadaman dilakukan tapi perjuangan memadamkan api begitu sulit, jadi jangan menyalahkan pemadam kebakarannya, jangan menyalahkan pemerintahan. mari kita sama-sama sadar diri untuk menjaga lingkungan.
Kebakaran seperti ini jelas ulah oknum perusahaan yang tidak bertanggung jawab, semoga tangan kotor mereka cepat ditemukan dan dihukum dengan pantas.
Akankah Paceklik melanda kita?
Manusia sangat tergantung pada air, air adalah sumber kehidupan. Kemarau yang panjang ini benar-benar menghilangkan air dari kita. Sumber mata air semakin kecil, bahkan terlihat jelas di desa saya yang berada di lereng gunung bismo di tahun sebelumnya desa kami tidak pernah kekurangan air, sumber mata air dari desa Dero Duwur yang masih alami bisa mencukupi semua kebutuhan air desa Wonoyoso. Tahun ini debit air berkurang banyak, sebagian keran penduduk tidak kebagian air di siang hari.
Hal lain yang penting selain air minum adalah kebutuhan air untuk pertanian, di daerah yang hanya memanfaatkan air hujan atau rawa musim kemarau ini jelas gagal panen, masih beruntung yang tanahnya berada di sekita daerah aliran sungai yang mau bisa mendapat air.
Tentu saja kemarau ini membuat banyak tanaman pertanian gagal panen.
Syukurnya kita berada dijaman yang mulia, gagal panen di suatu daerah bisa diimbangi dengan membawa bahan makanan dari daerah lain.
Semoga Allah masih memberikan Kemurahan-Nya kepada kita, dan semoga hujan segera turun memberkahi bumi ini aamiin.
Posting Komentar untuk "Kemarau Panjang ini Bertahan Sampai Akhir Tahun"