Manusia Purba Menurut Islam
PANDANGAN ISLAM TENTANG MANUSIA PURBA
Pemikiran tentang adanya evolusi kehidupan didasarkan pada temuan adanya kemiripan antarspesies makhluk hidup. Perbedaan yang sifatnya gradual sangat mungkin disebabkan oleh seleksi alam. Alasannya, hanya keturunan yang mampu beradaptasi dengan lingkungannya yang akan mampu bertahan. Walaupun demikian, generasi yang telah beradaptasi dengan segala perubahan fisiknya tetap membawa sifat-sifat pokok dari induknya.
Walaupun diakui masih banyak hal yang sifatnya spekulatif, telah disusun suatu silsilah evolusi yang berawal dari sejenis bakteri yang bersel satu yang hidup sekitar 3,5 milyar tahun lalu. Dari jenis bakteri lahir generasi ganggang yang masih hidup di air. Ganggang hijau sekitar 1 - 2 milyar tahun lalu melahirkan generasi tumbuhan darat. Dari jalur ganggang hijau, sekitar 630 juta tahun lalu, juga lahir generasi hewan tak bertulang belakang.
Pada jalur yang sama dengan kelahiran Echinodermata (a.l. bintang laut) muncul generasi ikan sekitar 500 juta tahun lalu. Jenis ikan osteolepiform yang siripnya mempunyai tulang pada sekitar 400 juta tahun kemudian melahirkan generasi hewan berkaki empat, amfibi dan reptil, termasuk dinosaurus. Kelak dari keluarga dinosaurus pada masa Jurassic (208 - 144 juta tahun lalu) lahir generasi burung.
Jenis reptil mirip mamalia (Synapsida) melahirkan generasi mamalia sekitar 200 juta tahun lalu. Salah satu generasi mamalia adalah primata yang arti asalnya adalah "peringkat pertama". Pada jalur primata, sekitar 34 juta tahun lalu evolusi keluarga kera berekor berpisah dari keluarga hominoid.
Dalam keluarga hominoid terdapat gibon dan hominid yang mencakup orangutan, gorila, dan simpanse. Hominid berpisah dari gibon sekitar 17 juta tahun lalu. Dalam silsilah evolusi hominid ini makhluk serupa manusia (hominini) dikelompokan pada asal jalur yang sama dengan gorila dan simpanse. Kesamaan genetik antara manusia dengan gorila dan simpanse sangat besar, masing-masing 98,6 % dan 98,8 %, sehingga diduga berasal dari satu jalur evolusi yang mulai berpisah sekitar 5 juta tahun lalu.
Penempatan manusia pada silsilah evolusi seperti itulah yang memicu penolakan pada teori evolusi. Dengan menggunakan dalil naqli dari ayat-ayat Al-Quran, sebenarnya masalah ini mudah diselesaikan tanpa penolakan secara apriori teori yang mencoba menelusur evolusi kehidupan. Menurut saya, teori evolusi tidak bertentangan dengan akidah bila disertai keyakinan bahwa proses ituterjadi menurut sunatullah, bukan proses kebetulan yang meniadakan peran Allah sebagai Rabbul alamin (pencipta dan pemelihara alam).
Eksistensi Manusia
Dalam keyakinan Islam, manusia diciptakan secara khusus untuk menjadi khalifah di bumi (Q.S. 2:29). Proses penciptaan Adam yang berbeda dengan makhluk lainnya disebutkan di dalam Q.S. 3:59 (penciptaannya serupa Nabi Isa dengan 'kun fayakun' - 'jadilah, maka jadilah') dan dalam Q.S. 32:7-8:
7. yang membuat segala sesuatu yang Dia ciptakan sebaik-baiknya dan yang memulai penciptaan manusia dari tanah. 8. kemudian Dia menjadikan keturunannya dari saripati air yang hina.
(Adam dari tanah, keturunannya dari nuthfah). Kedua ayat itu menunjukkan bahwa Adam tidak diciptakan dari proses biologis perkawinan makhluk lainnya.
Menurut kajian paleoantropologis, setidaknya ada sembilan jenis makhluk serupa manusia: Australopithecus (A.) aferensis, A. africanus, Paranthropus (P.) aethiopicus, P. robustus, P. boisei, Homo (H.) habilis kecil, H. habilis besar, H. erektus, dan H. sapiens. Homo habilis mahir menggunakan alat-alat batu. Homo erektus (manusia purba) sudah mengenal api untuk penghangat dan memasak. Manusia modern yang ada sekarang dikelompokkan sebagai Homo sapiens.
Ada beberapa hipotesis yang berusaha menjelaskan evolusi mereka. Namun semuanya tidak ada kepastian dari jalur mana lahirnya Homo erektus. Yang telah disepakati hanyalah Homo sapiens berasal dari Homo erektus. Ada yang berpendapat Homo habilis cenderung tidak bisa digolongkan sebagai Homo ("manusia"), mungkin jenis paranthropus berotak besar. Kemampuan berbicara Homo habilis belum sempurna. Alat-alat batu yang dihasilkannya pun tidak menunjukkan eksperimen kreatif.
Kalau demikian, yang sudah meyakinkan secara ilmiah sebagai manusia adalah sejak generasi Homo erektus. Ukuran otak yang besar memberikan indikasi kemampuan berpikir yang lebih kuat. Kemampuan berbicara dan berkomunikasi pun sudah cukup maju. Interaksi sosial mulai tumbuh dan makin kompleks. Kehadirannya berdampak pada berbagai spesies. Binatang buas yang mengancammanusia mungkin termasuk yang diburu demi keselamatan masyarakatnya. Punahnya kucing purba yang buas yang terjadi pada masa Homo erektus diduga berkaitan dengan ulah mereka, bukan karena faktor alam.
Mungkinkah Homo erektus ini yang sudah tersebar dari Afrika, Jawa, sampai China adalah anak cucu Adam yang sulit ditelusur pada silsilah evolusi karena diciptakan Allah secara khusus? Wallahu 'alam, walaupun kita bisa menduganya ke arah itu.
Yang jelas, anak cucu Adam pun berevolusi. Adanya berbagai ras manusia dengan warna kulit, bentuk dan warna rambut, serta postur tubuh yang berbeda-beda menunjukkan adanya evolusi manusia. Adaptasi terhadap lingkungan tempat tinggalnya yang berbeda-beda dalam jangka waktu sangat panjang menghasilkan generasi yang beraneka ragam.
Teori pertama menyatakan manusia purba yang telah menyebar ke berbagai wilayah terus berevolusi menurunkan generasi manusia modern. Tetapi menurut teori monogenesis, dari penelusuran perbedaan genetik dan bukti arkeologi, diduga manusia purba (homo erektus) yang sudah tersebar sampai ke China, Jawa, dan Eropa punah. Semakin besar kesamaan genetiknya, diduga berasal dari alur evolusi yang sejalan.
Manusia modern yang kini ada berasal dari sisa manusia purba di Afrika sekitar 100.000 tahun lalu. Manusia di Asia timur dan Pasifik mempunyai kesamaan genetik yang berarti berasal dari alur evolusi yang sama. Secara genetik, sedikit berbeda dengan "induknya" di Afrika dan generasi dari alur yang menuju Eropa.
Manusia : Pandangan Antropologi
Menurut Koentjaraningrat, antropologi adalah “ilmu tentang manusia”. DAlam perkembangannya di Amerika, antropologi dipakai dalam arti yang sangat luas, karena meliputi baik bagian-bagian fisik maupun sosial dari “ilmu tentang manusia”. Pada bahasan selanjutnya akan dikemukakan mengenai manusia dalam pandangan antropologi.
Para ahli biologi pada abad ke-19 an menyimpulkan bahwa manusia merupakan mahluk hidup yang terbentuk dari jutaan sel.
Pada awalnya di dunia ini hanya ada satu sel yang kemudian berkembang dan mengalami percabangan-percabangan. Percabangan ini mengakibatkan adanya variasi mahluk hidup di dunia ini. Menurut Charles Darwin dalam teori Evolusinya, manusia merupakan hasil evolusi dari kera yang mengalami perubahan secara bertahap dalam waktu yang sangat lama. Dalam perjalanan waktu yang sangat lama tersebut terjadi seleksi alam. SEmua mahluk hidup yang ada saat ini merupakan organisme-organisme yang berhasil lolos dari seleksi alam dan berhasil mempertahankan dirinya.
Para ahli biologi yang menyimpulkan bahwa semua mahluk hidup di dunia berasal dari suku primat yang terbagi menjadi 2 cabang yaitu Anthropoid dan Prosimii. Berdasarkan klasifikasi tersebut, manusia ditempatkan pada subsuku Anthropoid yang dibagi menjadi 3 infrasuku yaitu, Infrasuku Ceboid, infrasuku Cercopithedoid dan infrasuku Hominoid. Infrasuku Hominoid terbagi kedalam 3 keluarga yaitu Pongidae, Ramapithecas dan Hominidae. Manusia berada pada percabangan kaluarga Hominidae. Keluarga Hominidae menggabungkan manusia purba jenis Pithecanthropus dengan Homo Neanderthal dan dengan manusia sekarang atau Homo Sapiens. Jenis Homo Sapiens yang ada sampai saat ini terdiri dari 4 ras yaitu ras Negroid, Caucasoid, Mongoloid dan Austrloid.
Dapat disimpulkn bahwa manusia dalam pandangan Antropologi terbentuk dari satu sel sederhana yang mengalami perubahan secara bertahap dengan waktu yang sangat lama (evolusi). Berdasarkan teori ini, manusia dan semua mahluk hidup di dunia ini berasal dari satu moyang yang sama. Nenek moyang manusia adalah kera. Teori Evolusi yang dikenalkan oleh Charles Darwin ini akhirnya meluas dan terus dipakai dalam antropologi.
b. Manusia : Dalam Pandangan Agama Islam
Dalam Agama Islam, segala sesuatunya telah diatur dengan baik dan digambarkan dalam kitab suci Al-Quran. Tidak luput olehNya, bagaimana proses pembentukkan manusia yang juga digambarkan sejelas-jelasnya.
Manusia diciptakan dari sari pati yang berasal dari tanah. Sebelum menjadi manusia yang terlahir di muka bumi, sari pati tersebut (air mani) ditempatkan oleh Allah swt di dalam rahim seorang ibu. Air mani yang telah ditempatkan di dalam rahim kemudian dijadikan segumpal darah. Segumpal darah, kemudian berubah lagi menjadi daging yang berubah menjadi tulang-belulang. Pada usia kandungan 4 bulan, ia diberi nyawa (ruh) oleh Allah swt. Akhirnya terbentuklah tulang-belulang yang dibalut oleh daging. Setelah mencapai kematangan bentuk dalam kurun waktu kurang lebh 9 bulan 10 hari, akan lahir seorang manusia hasil perpaduan orangtuanya. Selama berada dalam rahim sang ibu, ia menyerap makanan yang dimakan oleh sang ibu. Hingga lahir ke dunia pun ia masih bergantung pada ASI, untuk pertumbuhan dan perkembangan yang maksimal.
Islam, memandang manusia sebagi mahluk ciptaan Allah swt yang paling sempurna. Dia adalah mahluk pilihan yang paling mulia kedudukannya dari pada mahluk-mahluk lain ciptaan Allah swt. Begitu banyak keistimewaan yang dikaruniakan dalam diri manusia, mulai dari wujudnya yang paling indah dibanding dengan mahluk Allah swt yang lain, sampai pada komponen penyusun dalam diri manusia yang tidak yang menyamainya.
Munusia dikaruniakan oleh Allah akal untuk berfikir. Dengan akal, manusia mampu membedakan antara yang haq (benar) dengan yang bathil (salah). Dengan akal pula, manusia mampu merenungkan dan mengamalkan sesuatu yang benar tersebut. Dengan karunia akal, manusia diharapkan dapat memilah dan memilih nilai-nilai kebenaran, kebaikan dan keindahan.
Disamping memiliki akal, manusia selalu terlahir dengan 3 naluri yang pasti ada dalam dirinya, yaitu :
Naluri untuk mensucikan sesuatu : naluri untuk beragama dan menyebah sesuatu yang lebih dari pada dirinya.
Naluri untuk mempertahankan eksistensi diri : manunia punya kecenderungan marah, sedih, senang dll.
Naluri untuk melestarikan dirinya : naluri kasih sayang.
Adapun penciptaan manusia itu bukan tanpa tujuan, manusia diciptakan Allah swt hanya untuk mengabdi (beribadah) kepada-Nya.
Opini : Allah swt menciptakan manusia di dunia ini dengan sempurna dan segala potensi yang sangat luar biasa. Pertama, potensi untuk memenuhi kebutuhan jasmaninya, seperti makan, minum dll. Kedua, potensi naluri untuk beribadah kepada sang Khalik, mempertahankan diri dan melestarikan keturunan. Ketiga, potensi akal. Dengan akal manusia dapat berfikir ketika hendak berbuat. Dengan akal pula manusia akan mampu memecahkan uqdatul qubro (3 pertanyaan mendasar dalam hidup), yaitu dari mana manusia berasal, untuk apa manusia diciptakan di dunia dan akan kemana manusia setelah mati. Melalui proses berfikir yang cemerlang manusia akan mampu menjawab manusia berasal dari Allah yang menciptaannya, manusia hidup untuk beribadah kepada Allah dan akan kembali kepada Allah. Namun, manusia juga sangat berpotensi untuk melakukan kesalahan dan kerusakan ketika ia tidak mempergunakan akalnya sesuai dengan perintah Allah swt. Wallahu’alam…
Posting Komentar untuk "Manusia Purba Menurut Islam"