Hadits Palsu Tentang 30 Keutamaan Sholat Tarawih
Diantara sunnah-sunnah yang dituntunkan
oleh syariat kita pada bulan Ramadhan adalah
shalat Tarawih. Hadits-hadits Nabi yang mulia
telah banyak yang menerangkan tentang
keutamaan shalat tesebut.
Berkaitan dengan hal itu, terdapat sebuah
hadits yang masyhur, khususnya di Indonesia,
yaitu “30 keutamaan shalat tarawih” atau
“keutamaan shalat tarawih per malam”. Apakah
hadits itu shahih ? Bolehkah kita
menyampaikannya di tengah-tengah kaum muslimin? Berikut ini sedikit bahasan untuk
menjawab pertanyaan tersebut.
Inilah dia hadits palsu tersebut:
Artinya
Dari Ali bin Abi Thalib radhiyallahu ‘anhu
berkata bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam
pernah ditanya tentang keutamaan Shalat
Tarawih pada Bulan Ramadhan. Maka Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda : Di malam pertama, Orang mukmin keluar dari
dosanya , seperti saat dia dilahirkan oleh
ibunya. Di malam kedua, ia diampuni, dan juga kedua
orang tuanya, jika keduanya mukmin. Di malam ketiga, seorang malaikat berseru di
bawah Arsy: ‘Mulailah beramal, semoga Allah
mengampuni dosamu yang telah lewat.’ Di malam keempat, dia memperoleh pahala
seperti pahala membaca Taurat, Injil, Zabur,
dan Al-Furqan. Di malam kelima, Allah Ta’ala memberikan
pahala seperti pahala orang yang shalat di
Masjid al-Haram, masjid Madinah, dan Masjid
al-Aqsha. Di malam keenam, Allah Ta’ala memberikan
pahala orang yang ber-thawaf di Baitul
Makmur dan dimohonkan ampun oleh setiap
batu dan cadas. Di malam ketujuh, seolah-olah ia mencapai
derajat Nabi Musa ‘alaihissalam dan
kemenangannya atas Firaun dan Haman. Di malam kedelapan, Allah Ta’ala memberinya
apa yang pernah Dia berikan kepada Nabi
Ibrahim ‘alaihissalam. Di malam kesembilan, seolah-olah ia beribadat
kepada Allah Ta’ala sebagaimana ibadah Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam. Di malam kesepuluh, Allah Ta’ala mengaruniai
dia kebaikan dunia dan akhirat. Di malam kesebelas, ia keluar dari dunia seperti
saat ia dilahirkan dari perut ibunya. Di malam kedua belas, ia datang pada hari
kiamat dengan wajah bagaikan bulan di malam
purnama. Di malam ketigabelas, ia datang di hari kiamat
dalam keadaan aman dari segala keburukan. Di malam keempat belas, para malaikat datang
seraya memberi kesaksian untuknya, bahwa ia
telah melakukan shalat tarawih, maka Allah
tidak menghisabnya pada hari kiamat. Di malam kelima belas, ia didoakan oleh para
malaikat dan para pemikul Arsy dan Kursi. Di malam keenam belas, Allah menerapkan
baginya kebebasan untuk selamat dari neraka
dan kebebasan masuk ke dalam surga. Di malam ketujuh belas, ia diberi pahala seperti
pahala para nabi. Di malam kedelapan belas, seorang malaikat
berseru, ‘Hai hamba Allah, sesungguhnya Allah
ridha kepadamu dan kepada ibu bapakmu.’ Di malam kesembilan belas, Allah mengangkat
derajatnya dalam surga Firdaus. Di malam kedua puluh, Allah memberi pahala
para Syuhada (orang-orang yang mati syahid)
dan shalihin (orang-orang yang saleh). Di malam kedua puluh satu, Allah membangun
untuknya gedung dari cahaya. Di malam kedua puluh dua, ia datang pada hari
kiamat dalam keadaan aman dari setiap
kesedihan dan kesusahan. Di malam kedua puluh tiga, Allah membangun
untuknya sebuah kota di dalam surga. Di malam kedua puluh empat, ia memperoleh
duapuluh empat doa yang dikabulkan. Di malam kedua puluh lima, Allah Ta’ala
menghapuskan darinya azab kubur. Di malam keduapuluh enam, Allah mengangkat
pahalanya selama empat puluh tahun. Di malam keduapuluh tujuh, ia dapat melewati
shirath pada hari kiamat, bagaikan kilat yang
menyambar. Di malam keduapuluh delapan, Allah
mengangkat baginya seribu derajat dalam
surga. Di malam kedua puluh sembilan, Allah
memberinya pahala seribu haji yang diterima. Di malam ketiga puluh, Allah ber firman : ‘Hai
hamba-Ku, makanlah buah-buahan surga,
mandilah dari air Salsabil dan minumlah dari
telaga Kautsar. Akulah Tuhanmu, dan engkau
hamba-Ku.’
Hadits ini disebutkan oleh Syaikh al-Khubawi
dalam kitab Durrotun Nashihiin, hal. 16 – 17.
Indikasi-indikasi kepalsuan hadits Perlu diketahui bahwasanya hadits yang
munkar dan palsu membuat hati penuntut ilmu
menjadi geli dan mengingkarinya. Rabi’ bin
Hutsaim rahimahullah mengatakan,
“Sesungguhnya hadits itu memiliki cahaya
seperti cayaha di siang hari, sehingga engkau dapat melihatnya. Dan memiliki kegelapan
seperti gelapnya malam, sehingga engkau
mengingkarinya.” 1 Berikut ini beberapa indikasi atas palsunya
hadits tersebut: Pahala yang terlalu besar untuk amalan yang
sederhana. Banyak keutamaan-keutamaan yang
terdapat dalam hadits di atas termasuk dalam
kejanggalan jenis ini, misalkan pada lafadz
“Allah memberinya pahala seribu haji yang
diterima.” Bahkan, yang lebih parah adalah seseorang bisa
mendapatkan pahala sebanding dengan pahala
para Nabi (keutamaan shalat tarawih malam
ke-17). Hal tersebut mustahil terjadi, karena
sebanyak apapun amalan ibadah manusia biasa,
tentu dia tidak akan mampu menyamai pahala Nabi. Nubuwah merupakan pilihan dari Allah
semata. Allah Ta’ala berfirman (yang artinya),
“Allah memilih utusan-utusan-(Nya) dari malaikat dan dari manusia. Sesungguhnya
Allah Maha Mendengar lagi Maha
Melihat.” (QS. Al Hajj [22] : 75) 2 Tidak terdapat dalam kitab-kitab hadits yang
mu’tamad. Hadits tentang 30 keutamaan shalat
tarawih di atas, tidak terdapat dalam kitab-
kitab hadits yang mu’tamad. DR. Lutfi
Fathullah mengatakan, “Jika seseorang mencari
hadits tersebut di kitab-kitab referensi hadits, niscaya tidak akan menemukannya.” Hal
tersebut mengindikasikan bahwa hadits
tersebut adalah hadits palsu. 3 Pendapat para ulama dan penuntut ilmu Lebih jauh lagi, apabila kita memperhatikan
perkataan para ulama tentang hadits itu, tentu
akan kita dapati mereka menganggapnya hadits
palsu. Al-Lajnah ad-Da’imah pernah ditanya tentang
hadits tersebut, kemudian mereka menjawab, ﺚﻳﺩﺎﺣﻷﺍ ﻦﻣ ﺎﻤﻫ ﻞﺑ ،ﻪﻟ ﻞﺻﺃ ﻻ ﻦﻴﺜﻳﺪﺤﻟﺍ ﻼﻛ ﻢﻠﺳﻭ ﻪﻴﻠﻋ ﻪﻠﻟﺍ ﻰﻠﺻ ﻪﻠﻟﺍ ﻝﻮﺳﺭ ﻰﻠﻋ ﺔﺑﻭﺬﻜﻤﻟﺍ “Hadits tersebut adalah hadits yang tidak ada
sumbernya (laa ashla lahu). Bahkan, hadits
tersebut merupakan kebohongan atas nama
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.” 4 Hal tersebut diperkuat oleh pernyataan DR.
Lutfi Fathullah, dimana disertasi beliau
meneliti kitab Durratun Nashihin. Beliau
mengatakan: Ada sekitar 30 persen hadits palsu dalam kitab
Durratun Nashihin. Diantaranya adalah hadits
tentang fadhilah atau keutaman shalat
tarawih, (yaitu) dari Ali radhiallahu ‘anhu
bahwasanya Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wassallaam ditanya tentang keutamaan shalat tarawih, (lalu beliau bersabda) malam pertama
pahalanya sekian, malam kedua sekian, dan
sampai malam ketiga puluh. Hadits tersebut tidak masuk akal. Selain itu,
jika seseorang mencari hadits tersebut di kitab-
kitab referensi hadits, niscaya tidak akan
menemukannya. 5 Sibukkan diri dengan yang Shahih Setelah mengetahui lemahnya hadits tersebut,
maka hendaklah para penulis dan penceramah
meninggalkannya, karena dikhawatirkan akan
masuk dalam sabda Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam dalam sebuah hadits
mutawatir : ﺭﺎﻨﻟﺍ ﻦﻣ ﻩﺪﻌﻘﻣ ﺃﻮﺒﺘﻴﻠﻓ ﺍﺪﻤﻌﺘﻣ ﻲﻠﻋ ﺏﺬﻛ ﻦﻣ “Barangsiapa yang berdusta atas nama saya
dengan sengaja, maka hendaknya dia bersiap-
siap mengambil tempat di Neraka” Hendaklah mereka mencukupkan diri dengan
hadits-hadits yang tsabit dari Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam. Para ulama kita
mengatakan: ﻪﻤﻴﻘﺳ ﻦﻋ ﻞﻐﺷ ﺚﻳﺪﺤﻟﺍ ﺢﻴﺤﺻ ﻲﻓ “Dalam hadits yang shahih terdapat kesibukan
dari hadits yang lemah” 6 Diantara Keutamaan Shalat Tarawih dari
Hadits yang Shahih 7 Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda, ْﻦِﻣ َﻡَّﺪَﻘَﺗ ﺎَﻣ ُﻪَﻟ َﺮِﻔُﻏ ﺎًﺑﺎَﺴِﺘْﺣﺍَﻭ ﺎًﻧﺎَﻤﻳِﺇ َﻥﺎَﻀَﻣَﺭ َﻡﺎَﻗ ْﻦَﻣ ِﻪِﺒْﻧَﺫ “Barangsiapa melakukan qiyam Ramadhan
karena iman dan mencari pahala, maka dosa-
dosanya yang telah lalu akan diampuni.” (HR.
Bukhari no. 37 dan Muslim no. 759). Yang dimaksud qiyam Ramadhan adalah shalat
tarawih sebagaimana yang dituturkan oleh
Imam Nawawi (Al Minhaj Syarh Shahih
Muslim, 6:39) Selain itu, beliau beliau juga pernah
mengumpulkan keluarga dan para shahabatnya.
Lalu beliau bersabda, ًﺔَﻠْﻴَﻟ ُﻡﺎَﻴِﻗ ُﻪَﻟ َﺐِﺘُﻛ َﻑِﺮَﺼْﻨَﻳ ﻰَّﺘَﺣ ِﻡﺎَﻣِﻹﺍ َﻊَﻣ َﻡﺎَﻗ ْﻦَﻣ “Siapa yang shalat bersama imam sampai ia
selesai, maka ditulis untuknya pahala qiyam
satu malam penuh” (HR. An-Nasai dan
selainnya, dishahihkan oleh Syaikh al-Albani
dalam al-Irwa’ no. 447) Semoga Allah selalu melimpahkan karunai-Nya
kepada kita semua, dan menjaga lisan-lisan kita
dari perkataan dusta, apalagi berdusta atas
nama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Wallahu a’lam. — Catatan Kaki 1al-Maudhuu’aat 605, Ibnul Jauzi rahimahullah 2Lihat al-Manaarul Muniif hal. 55 – 105, karya Ibnul Qoyyim rahimahullah. 3Lihat Hadits-hadits Lemah dan Palsu dalam Kitab Durrotun Nashihiin, karya DR. Ahmad
Luthfi Fathullah; dan http:/
majalah.hidayatullah.com/?p=1490 4Fatwa Al Lajnah Ad Daimah Lil Buhuts Wal Ifta no. 8050, juz 4, hal 476-480. Ditanda
tangani oleh Syaikh Abdul Azin bin Baaz
sebagai ketua, Syaikh Abdurrazaq Afifi sebagai
wakil, Syaikh Abdullah Ghuddayan sebagai
anggota dan Syaikh Abdullah bin Qu’ud sebagai
anggota. 5Lihat http:/majalah.hidayatullah.com/? p=1490 6al-Jaami’ li Akhlaaqir Raawi wa Adaabis Saami’ 1524, al-Khatiib al-Baghdaadi
rahimahullah 7Lihat http://rumaysho.com/hukum-islam/ shalat/2669-keutamaan-shalat-tarawih.html — Penulis: Abu Ka’ab Prasetyo
Artikel Muslim.Or.Id
oleh syariat kita pada bulan Ramadhan adalah
shalat Tarawih. Hadits-hadits Nabi yang mulia
telah banyak yang menerangkan tentang
keutamaan shalat tesebut.
Berkaitan dengan hal itu, terdapat sebuah
hadits yang masyhur, khususnya di Indonesia,
yaitu “30 keutamaan shalat tarawih” atau
“keutamaan shalat tarawih per malam”. Apakah
hadits itu shahih ? Bolehkah kita
menyampaikannya di tengah-tengah kaum muslimin? Berikut ini sedikit bahasan untuk
menjawab pertanyaan tersebut.
Inilah dia hadits palsu tersebut:
Artinya
Dari Ali bin Abi Thalib radhiyallahu ‘anhu
berkata bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam
pernah ditanya tentang keutamaan Shalat
Tarawih pada Bulan Ramadhan. Maka Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda : Di malam pertama, Orang mukmin keluar dari
dosanya , seperti saat dia dilahirkan oleh
ibunya. Di malam kedua, ia diampuni, dan juga kedua
orang tuanya, jika keduanya mukmin. Di malam ketiga, seorang malaikat berseru di
bawah Arsy: ‘Mulailah beramal, semoga Allah
mengampuni dosamu yang telah lewat.’ Di malam keempat, dia memperoleh pahala
seperti pahala membaca Taurat, Injil, Zabur,
dan Al-Furqan. Di malam kelima, Allah Ta’ala memberikan
pahala seperti pahala orang yang shalat di
Masjid al-Haram, masjid Madinah, dan Masjid
al-Aqsha. Di malam keenam, Allah Ta’ala memberikan
pahala orang yang ber-thawaf di Baitul
Makmur dan dimohonkan ampun oleh setiap
batu dan cadas. Di malam ketujuh, seolah-olah ia mencapai
derajat Nabi Musa ‘alaihissalam dan
kemenangannya atas Firaun dan Haman. Di malam kedelapan, Allah Ta’ala memberinya
apa yang pernah Dia berikan kepada Nabi
Ibrahim ‘alaihissalam. Di malam kesembilan, seolah-olah ia beribadat
kepada Allah Ta’ala sebagaimana ibadah Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam. Di malam kesepuluh, Allah Ta’ala mengaruniai
dia kebaikan dunia dan akhirat. Di malam kesebelas, ia keluar dari dunia seperti
saat ia dilahirkan dari perut ibunya. Di malam kedua belas, ia datang pada hari
kiamat dengan wajah bagaikan bulan di malam
purnama. Di malam ketigabelas, ia datang di hari kiamat
dalam keadaan aman dari segala keburukan. Di malam keempat belas, para malaikat datang
seraya memberi kesaksian untuknya, bahwa ia
telah melakukan shalat tarawih, maka Allah
tidak menghisabnya pada hari kiamat. Di malam kelima belas, ia didoakan oleh para
malaikat dan para pemikul Arsy dan Kursi. Di malam keenam belas, Allah menerapkan
baginya kebebasan untuk selamat dari neraka
dan kebebasan masuk ke dalam surga. Di malam ketujuh belas, ia diberi pahala seperti
pahala para nabi. Di malam kedelapan belas, seorang malaikat
berseru, ‘Hai hamba Allah, sesungguhnya Allah
ridha kepadamu dan kepada ibu bapakmu.’ Di malam kesembilan belas, Allah mengangkat
derajatnya dalam surga Firdaus. Di malam kedua puluh, Allah memberi pahala
para Syuhada (orang-orang yang mati syahid)
dan shalihin (orang-orang yang saleh). Di malam kedua puluh satu, Allah membangun
untuknya gedung dari cahaya. Di malam kedua puluh dua, ia datang pada hari
kiamat dalam keadaan aman dari setiap
kesedihan dan kesusahan. Di malam kedua puluh tiga, Allah membangun
untuknya sebuah kota di dalam surga. Di malam kedua puluh empat, ia memperoleh
duapuluh empat doa yang dikabulkan. Di malam kedua puluh lima, Allah Ta’ala
menghapuskan darinya azab kubur. Di malam keduapuluh enam, Allah mengangkat
pahalanya selama empat puluh tahun. Di malam keduapuluh tujuh, ia dapat melewati
shirath pada hari kiamat, bagaikan kilat yang
menyambar. Di malam keduapuluh delapan, Allah
mengangkat baginya seribu derajat dalam
surga. Di malam kedua puluh sembilan, Allah
memberinya pahala seribu haji yang diterima. Di malam ketiga puluh, Allah ber firman : ‘Hai
hamba-Ku, makanlah buah-buahan surga,
mandilah dari air Salsabil dan minumlah dari
telaga Kautsar. Akulah Tuhanmu, dan engkau
hamba-Ku.’
Hadits ini disebutkan oleh Syaikh al-Khubawi
dalam kitab Durrotun Nashihiin, hal. 16 – 17.
Indikasi-indikasi kepalsuan hadits Perlu diketahui bahwasanya hadits yang
munkar dan palsu membuat hati penuntut ilmu
menjadi geli dan mengingkarinya. Rabi’ bin
Hutsaim rahimahullah mengatakan,
“Sesungguhnya hadits itu memiliki cahaya
seperti cayaha di siang hari, sehingga engkau dapat melihatnya. Dan memiliki kegelapan
seperti gelapnya malam, sehingga engkau
mengingkarinya.” 1 Berikut ini beberapa indikasi atas palsunya
hadits tersebut: Pahala yang terlalu besar untuk amalan yang
sederhana. Banyak keutamaan-keutamaan yang
terdapat dalam hadits di atas termasuk dalam
kejanggalan jenis ini, misalkan pada lafadz
“Allah memberinya pahala seribu haji yang
diterima.” Bahkan, yang lebih parah adalah seseorang bisa
mendapatkan pahala sebanding dengan pahala
para Nabi (keutamaan shalat tarawih malam
ke-17). Hal tersebut mustahil terjadi, karena
sebanyak apapun amalan ibadah manusia biasa,
tentu dia tidak akan mampu menyamai pahala Nabi. Nubuwah merupakan pilihan dari Allah
semata. Allah Ta’ala berfirman (yang artinya),
“Allah memilih utusan-utusan-(Nya) dari malaikat dan dari manusia. Sesungguhnya
Allah Maha Mendengar lagi Maha
Melihat.” (QS. Al Hajj [22] : 75) 2 Tidak terdapat dalam kitab-kitab hadits yang
mu’tamad. Hadits tentang 30 keutamaan shalat
tarawih di atas, tidak terdapat dalam kitab-
kitab hadits yang mu’tamad. DR. Lutfi
Fathullah mengatakan, “Jika seseorang mencari
hadits tersebut di kitab-kitab referensi hadits, niscaya tidak akan menemukannya.” Hal
tersebut mengindikasikan bahwa hadits
tersebut adalah hadits palsu. 3 Pendapat para ulama dan penuntut ilmu Lebih jauh lagi, apabila kita memperhatikan
perkataan para ulama tentang hadits itu, tentu
akan kita dapati mereka menganggapnya hadits
palsu. Al-Lajnah ad-Da’imah pernah ditanya tentang
hadits tersebut, kemudian mereka menjawab, ﺚﻳﺩﺎﺣﻷﺍ ﻦﻣ ﺎﻤﻫ ﻞﺑ ،ﻪﻟ ﻞﺻﺃ ﻻ ﻦﻴﺜﻳﺪﺤﻟﺍ ﻼﻛ ﻢﻠﺳﻭ ﻪﻴﻠﻋ ﻪﻠﻟﺍ ﻰﻠﺻ ﻪﻠﻟﺍ ﻝﻮﺳﺭ ﻰﻠﻋ ﺔﺑﻭﺬﻜﻤﻟﺍ “Hadits tersebut adalah hadits yang tidak ada
sumbernya (laa ashla lahu). Bahkan, hadits
tersebut merupakan kebohongan atas nama
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.” 4 Hal tersebut diperkuat oleh pernyataan DR.
Lutfi Fathullah, dimana disertasi beliau
meneliti kitab Durratun Nashihin. Beliau
mengatakan: Ada sekitar 30 persen hadits palsu dalam kitab
Durratun Nashihin. Diantaranya adalah hadits
tentang fadhilah atau keutaman shalat
tarawih, (yaitu) dari Ali radhiallahu ‘anhu
bahwasanya Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wassallaam ditanya tentang keutamaan shalat tarawih, (lalu beliau bersabda) malam pertama
pahalanya sekian, malam kedua sekian, dan
sampai malam ketiga puluh. Hadits tersebut tidak masuk akal. Selain itu,
jika seseorang mencari hadits tersebut di kitab-
kitab referensi hadits, niscaya tidak akan
menemukannya. 5 Sibukkan diri dengan yang Shahih Setelah mengetahui lemahnya hadits tersebut,
maka hendaklah para penulis dan penceramah
meninggalkannya, karena dikhawatirkan akan
masuk dalam sabda Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam dalam sebuah hadits
mutawatir : ﺭﺎﻨﻟﺍ ﻦﻣ ﻩﺪﻌﻘﻣ ﺃﻮﺒﺘﻴﻠﻓ ﺍﺪﻤﻌﺘﻣ ﻲﻠﻋ ﺏﺬﻛ ﻦﻣ “Barangsiapa yang berdusta atas nama saya
dengan sengaja, maka hendaknya dia bersiap-
siap mengambil tempat di Neraka” Hendaklah mereka mencukupkan diri dengan
hadits-hadits yang tsabit dari Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam. Para ulama kita
mengatakan: ﻪﻤﻴﻘﺳ ﻦﻋ ﻞﻐﺷ ﺚﻳﺪﺤﻟﺍ ﺢﻴﺤﺻ ﻲﻓ “Dalam hadits yang shahih terdapat kesibukan
dari hadits yang lemah” 6 Diantara Keutamaan Shalat Tarawih dari
Hadits yang Shahih 7 Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda, ْﻦِﻣ َﻡَّﺪَﻘَﺗ ﺎَﻣ ُﻪَﻟ َﺮِﻔُﻏ ﺎًﺑﺎَﺴِﺘْﺣﺍَﻭ ﺎًﻧﺎَﻤﻳِﺇ َﻥﺎَﻀَﻣَﺭ َﻡﺎَﻗ ْﻦَﻣ ِﻪِﺒْﻧَﺫ “Barangsiapa melakukan qiyam Ramadhan
karena iman dan mencari pahala, maka dosa-
dosanya yang telah lalu akan diampuni.” (HR.
Bukhari no. 37 dan Muslim no. 759). Yang dimaksud qiyam Ramadhan adalah shalat
tarawih sebagaimana yang dituturkan oleh
Imam Nawawi (Al Minhaj Syarh Shahih
Muslim, 6:39) Selain itu, beliau beliau juga pernah
mengumpulkan keluarga dan para shahabatnya.
Lalu beliau bersabda, ًﺔَﻠْﻴَﻟ ُﻡﺎَﻴِﻗ ُﻪَﻟ َﺐِﺘُﻛ َﻑِﺮَﺼْﻨَﻳ ﻰَّﺘَﺣ ِﻡﺎَﻣِﻹﺍ َﻊَﻣ َﻡﺎَﻗ ْﻦَﻣ “Siapa yang shalat bersama imam sampai ia
selesai, maka ditulis untuknya pahala qiyam
satu malam penuh” (HR. An-Nasai dan
selainnya, dishahihkan oleh Syaikh al-Albani
dalam al-Irwa’ no. 447) Semoga Allah selalu melimpahkan karunai-Nya
kepada kita semua, dan menjaga lisan-lisan kita
dari perkataan dusta, apalagi berdusta atas
nama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Wallahu a’lam. — Catatan Kaki 1al-Maudhuu’aat 605, Ibnul Jauzi rahimahullah 2Lihat al-Manaarul Muniif hal. 55 – 105, karya Ibnul Qoyyim rahimahullah. 3Lihat Hadits-hadits Lemah dan Palsu dalam Kitab Durrotun Nashihiin, karya DR. Ahmad
Luthfi Fathullah; dan http:/
majalah.hidayatullah.com/?p=1490 4Fatwa Al Lajnah Ad Daimah Lil Buhuts Wal Ifta no. 8050, juz 4, hal 476-480. Ditanda
tangani oleh Syaikh Abdul Azin bin Baaz
sebagai ketua, Syaikh Abdurrazaq Afifi sebagai
wakil, Syaikh Abdullah Ghuddayan sebagai
anggota dan Syaikh Abdullah bin Qu’ud sebagai
anggota. 5Lihat http:/majalah.hidayatullah.com/? p=1490 6al-Jaami’ li Akhlaaqir Raawi wa Adaabis Saami’ 1524, al-Khatiib al-Baghdaadi
rahimahullah 7Lihat http://rumaysho.com/hukum-islam/ shalat/2669-keutamaan-shalat-tarawih.html — Penulis: Abu Ka’ab Prasetyo
Artikel Muslim.Or.Id
Siapa syekh albani kok mensyahihkan hadits
BalasHapusorang zaman kpn?